Kepulauan Karimunjawa, secara administratif merupakan sebuah kecamatan bagian dari Kabupaten Jepara, Jawa Tengah, terletak sekitar 45 mil arah barat laut dari kota Jepara. Luas wilayah Karimunjawa adalah 107.225 ha, sebagian besar berupa lautan (100.105 ha) sisanya 7.120 ha berupa daratan . Dengan topografinya ini Karimunjawa beriklim trapis yang dipengaruhi oleh angin laut yang bertiup sepanjang hari dengan suhu rata-rata 26° - 30° C, suhu minimum 22° C dan suhu maksimum 34°C.
Menuju ke Kepulauan ini bisa ditempuh lewat laut dengan menumpang KMC Kartini I dari Pelabuhan Tanjung Mas, Semarang. Pada setiap sabtu, jam 07.00. sementara dari Pelabuhan Kartini Jepara kapal berangkat pada hari senin jam 10.00, atau bisa pula mencarter pesawat kura-kura resort.
Kami memilih menggunakan Feri kartini I dari Pelabuhan Tanjung Mas Semarang,. Dalam kapal yang nyaman ini kami bebas menikmati udara laut dan panorama yang indah. Uadara saat itu berhembus ramah namun gelombang laut Jawa terasa keras memecah ombak, tak pelak kapal feri yang kami tumpangi terombang-ambing melawan derasnya gelombang yang menghantam, tubuhpun terguncang-guncang sambil menahan rasa tak enak di bagian kepala dan perut. Beberapa penumpang yang kondisi badannya tidak fit terlihat pucat terserang mabuk laut.
Enam jam berada di lautan terasa menjemukan. Untuk melupakan deraan rasa bosan dan rasa mabuk laut, kami mengobrol dan bersenda gurau dengan sesama penumpang sambil menikmat pemandangan laut. Lamanya perjalanan dan perasaan senasib membuat kami merasakan adanya jalinan persaudaraan baru.
Waktu terus berjalan, sampai akhirnya sebuah pulau kecil tampak jelas terpampang di depan mata kami. Pepohonan nan hijau menyejukan mata, rasa penatpun sirna menatap indahnya alam. Tak sabar rasanya ingin segera mendarat.
Kapal merapat, awak kapal menambatkan kapal di pelabuhan Karimun. Segera kami turun dan berjalan menuju ke dermaga. Dari jauh terlihat gerbang bertuliskan “Welcome to Karimun” menyambut kami.
Keinginan untuk segera mengeksplorasi keindahan bawah laut Karimunjawa terpaksa kami tahan. Rupanya perjalanan belum berakhir, kami harus naik perahu motor lagi untuk menuju penginapan di Wisma Apung. Jaraknya tidak terlalu jauh dari pulau Karimun, hanya sekitar 15 menit perjalanan kami sampai di penginapan. Wisma yang terapung ini merupakan sebuah wisma kecil diantara pulau Karimun dan Menjangan.
Wisma yang berada di atas laut ini mempunya ciri khas tersendiri, sambutan “Selamat Datang” dari ikan bluntak di akuarium laut di wisma ini seolah menghilangkan rasa penat setelah enam jam perjalanan yang melelahkan.
Hari telah sore ketika kami tiba di Wisma Apung, sehingga kami memutuskan untuk bristirahat saja sambil menikmati indahnya matahari terbenam di langit Karimun. Malamnya kami tertidur lelap, mempersiapkan kondisi fisik agar fit untuk mengeksplorasi keindahan laut esok harinya.
Pagi yang indah dan cerah. Matahari menampakan dirinya dalam rona yang menawan. Kami tak menyiakan pemandangan yang memesona itu dan mengabadikannya dalam kamera. Setelah mandi dan sarapan, perjalanan untuk bereksplorasi di Kepulauan Karimun dimulai. Kami menuju pantai Pasir Putih Tanjung Gelam dengan perahu wisata. Hanya perlu satu perjalanan untuk sampai di Tanjung Gelam ini.
Terumbu karang indah yang dikerumuni ikan-ikan karang, menjadikan petualangan yang sulit dilupakan. Kami semua begitu menikmati pemandangan bawah laut disekitar sini, cukup dengan snorkel (alat untuk melihat bawah air) saja, tanpa harus melakukan diving atau penyelaman.
Dari Tanjung Gelam, kami mulai melakukan eksplorasi disekitar Pulau Cemara Kecil yang tak kalah indah dengan Tanjung Gelam. Menjelang sore, dalam perjalanan kembali pulang ke Wisma Apung, kami melepas seekor penyu hijau di tengah laut sekitar Kepulauan Karimun.
Belum puas berenang dilaut, disekitar wisma kami masih bisa melanjutkan bersnorkel ria kembali sambil menikmati indahnya sunset.
Pagi harinya kami melanjutkan petualangan. Kali ini kami menuju Pulau Menjangan Kecil. Pemandangan pasir putih terhampar luas dengan kejernihan airnya membentuk pemandangan pasir putih terhampar luas dengan kejernihan airnya membentuk pemandangan yang menakjubkan. Meskipun sepi, pulau ini ada penghuninya. Di pulau ini terdapat banyak pohon kelapa dengan buahnya yang melimpah. Kami sempat menikmati segarnya buah kelapa yang dipetik oleh penduduk setempat.
Dari Menjangan Kecil, kami bertolak menuju pulau Menjangan Besar. Dipulau ini terdapat tempat penangkaran hiu. Hiu-hiu yang masih bayi tersebut dibiarkan di sebuah tempat khusus. Hiu ini tidak berbahaya sehingga kami diperbolehkan snorkeling bersama bayi-bayi hiu ini Berenang bersama hiu merupakan pengalaman yang langka dan mendebarkan bagi kami.
Hari ketiga diKepulauan Karimun ini, kami berkunjung ke Pulau Karimun. Kami menyaksikan dari dekat kehidupan penduduk di Karimun yang berpenduduk kurang lebih sekitar 2.000 jiwa. Dari 24 pulau di kepulauan ini, hanya 7 pulau saja yang dihuni. Mayoritas penduduk Kepulauan Karimunjawa adalah suku Jawa dan sebagian lagi suku Bugis., Makasar dan Madura. Umumnya, mata pencaharian mereka adalah nelayan.
Menjelang siang, KMP Muria telah datangi artinya, kami harus melakukan pelayaran balik, mengarungi lagi Laut Jawa Menuju Pelabuhan Kartini, Jepar. Perjalanan kali ini kami tempuh dua jam lebih singkat daripada waktu berangkat.
Mungkin karena sudah terbiasa berada dilautan, perjalanan pulang ini terasa lebih menyenangkan. Meskipun kapal terombang-ambing dilautan, tubuh rupanya sudah beradaptasi. Alhasil, tak banyak yang mabuk laut kali ini. Perjalan ini menyisakan rasa persaudaraan dan kerinduan untuk suatu saat akan berkunjung kembali ke pulau yang menyimpan pesona tersembunyi tersebut.
Dari Majalah PARAS No. 37/Tahun IV
Menuju ke Kepulauan ini bisa ditempuh lewat laut dengan menumpang KMC Kartini I dari Pelabuhan Tanjung Mas, Semarang. Pada setiap sabtu, jam 07.00. sementara dari Pelabuhan Kartini Jepara kapal berangkat pada hari senin jam 10.00, atau bisa pula mencarter pesawat kura-kura resort.
Kami memilih menggunakan Feri kartini I dari Pelabuhan Tanjung Mas Semarang,. Dalam kapal yang nyaman ini kami bebas menikmati udara laut dan panorama yang indah. Uadara saat itu berhembus ramah namun gelombang laut Jawa terasa keras memecah ombak, tak pelak kapal feri yang kami tumpangi terombang-ambing melawan derasnya gelombang yang menghantam, tubuhpun terguncang-guncang sambil menahan rasa tak enak di bagian kepala dan perut. Beberapa penumpang yang kondisi badannya tidak fit terlihat pucat terserang mabuk laut.
Enam jam berada di lautan terasa menjemukan. Untuk melupakan deraan rasa bosan dan rasa mabuk laut, kami mengobrol dan bersenda gurau dengan sesama penumpang sambil menikmat pemandangan laut. Lamanya perjalanan dan perasaan senasib membuat kami merasakan adanya jalinan persaudaraan baru.
Waktu terus berjalan, sampai akhirnya sebuah pulau kecil tampak jelas terpampang di depan mata kami. Pepohonan nan hijau menyejukan mata, rasa penatpun sirna menatap indahnya alam. Tak sabar rasanya ingin segera mendarat.
Kapal merapat, awak kapal menambatkan kapal di pelabuhan Karimun. Segera kami turun dan berjalan menuju ke dermaga. Dari jauh terlihat gerbang bertuliskan “Welcome to Karimun” menyambut kami.
Keinginan untuk segera mengeksplorasi keindahan bawah laut Karimunjawa terpaksa kami tahan. Rupanya perjalanan belum berakhir, kami harus naik perahu motor lagi untuk menuju penginapan di Wisma Apung. Jaraknya tidak terlalu jauh dari pulau Karimun, hanya sekitar 15 menit perjalanan kami sampai di penginapan. Wisma yang terapung ini merupakan sebuah wisma kecil diantara pulau Karimun dan Menjangan.
Wisma yang berada di atas laut ini mempunya ciri khas tersendiri, sambutan “Selamat Datang” dari ikan bluntak di akuarium laut di wisma ini seolah menghilangkan rasa penat setelah enam jam perjalanan yang melelahkan.
Hari telah sore ketika kami tiba di Wisma Apung, sehingga kami memutuskan untuk bristirahat saja sambil menikmati indahnya matahari terbenam di langit Karimun. Malamnya kami tertidur lelap, mempersiapkan kondisi fisik agar fit untuk mengeksplorasi keindahan laut esok harinya.
Pagi yang indah dan cerah. Matahari menampakan dirinya dalam rona yang menawan. Kami tak menyiakan pemandangan yang memesona itu dan mengabadikannya dalam kamera. Setelah mandi dan sarapan, perjalanan untuk bereksplorasi di Kepulauan Karimun dimulai. Kami menuju pantai Pasir Putih Tanjung Gelam dengan perahu wisata. Hanya perlu satu perjalanan untuk sampai di Tanjung Gelam ini.
Terumbu karang indah yang dikerumuni ikan-ikan karang, menjadikan petualangan yang sulit dilupakan. Kami semua begitu menikmati pemandangan bawah laut disekitar sini, cukup dengan snorkel (alat untuk melihat bawah air) saja, tanpa harus melakukan diving atau penyelaman.
Dari Tanjung Gelam, kami mulai melakukan eksplorasi disekitar Pulau Cemara Kecil yang tak kalah indah dengan Tanjung Gelam. Menjelang sore, dalam perjalanan kembali pulang ke Wisma Apung, kami melepas seekor penyu hijau di tengah laut sekitar Kepulauan Karimun.
Belum puas berenang dilaut, disekitar wisma kami masih bisa melanjutkan bersnorkel ria kembali sambil menikmati indahnya sunset.
Pagi harinya kami melanjutkan petualangan. Kali ini kami menuju Pulau Menjangan Kecil. Pemandangan pasir putih terhampar luas dengan kejernihan airnya membentuk pemandangan pasir putih terhampar luas dengan kejernihan airnya membentuk pemandangan yang menakjubkan. Meskipun sepi, pulau ini ada penghuninya. Di pulau ini terdapat banyak pohon kelapa dengan buahnya yang melimpah. Kami sempat menikmati segarnya buah kelapa yang dipetik oleh penduduk setempat.
Dari Menjangan Kecil, kami bertolak menuju pulau Menjangan Besar. Dipulau ini terdapat tempat penangkaran hiu. Hiu-hiu yang masih bayi tersebut dibiarkan di sebuah tempat khusus. Hiu ini tidak berbahaya sehingga kami diperbolehkan snorkeling bersama bayi-bayi hiu ini Berenang bersama hiu merupakan pengalaman yang langka dan mendebarkan bagi kami.
Hari ketiga diKepulauan Karimun ini, kami berkunjung ke Pulau Karimun. Kami menyaksikan dari dekat kehidupan penduduk di Karimun yang berpenduduk kurang lebih sekitar 2.000 jiwa. Dari 24 pulau di kepulauan ini, hanya 7 pulau saja yang dihuni. Mayoritas penduduk Kepulauan Karimunjawa adalah suku Jawa dan sebagian lagi suku Bugis., Makasar dan Madura. Umumnya, mata pencaharian mereka adalah nelayan.
Menjelang siang, KMP Muria telah datangi artinya, kami harus melakukan pelayaran balik, mengarungi lagi Laut Jawa Menuju Pelabuhan Kartini, Jepar. Perjalanan kali ini kami tempuh dua jam lebih singkat daripada waktu berangkat.
Mungkin karena sudah terbiasa berada dilautan, perjalanan pulang ini terasa lebih menyenangkan. Meskipun kapal terombang-ambing dilautan, tubuh rupanya sudah beradaptasi. Alhasil, tak banyak yang mabuk laut kali ini. Perjalan ini menyisakan rasa persaudaraan dan kerinduan untuk suatu saat akan berkunjung kembali ke pulau yang menyimpan pesona tersembunyi tersebut.
Dari Majalah PARAS No. 37/Tahun IV
kapan ya bisa jalan ke sana
ReplyDelete